Le Monde de Midi

Vouloir c'est Pouvoir

Ah, lama tak bertemu. Apa kabar? Tak terasa setahun sudah terlewati. Kau masih seperti dulu, 'kan? Kau masih seperti kau yang terekam dalam memoriku, 'kan? Aku harap begitu. Semoga kau tak berubah. Dan jika berubah, semoga Allah menjadikanmu seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.

Kau tahu? entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa ada sesuatu yang ganjil terjadi dalam hatiku saat teringat tentangmu. Tiba-tiba saja aku sedih ketika mengingatmu, terlebih saat melihat akun media sosial yang kau miliki. Padahal, biasanya aku tak seperti ini. Biasanya aku bisa menghadapi dan melewati perasaan seperti itu dengan senyum dan tertawa di akhir. Tapi sekarang, aku tak bisa melakukannya. Mengapa?

"Hati itu bagai sebuah balon, lalu rasa rindu itu bagaikan udara yang dimasukkan ke dalamnya. Pada saatnya, balon akan mencapai titik jenuhnya dan meledak. Begitu pun perasaan yang kau rasakan. Pada akhirnya akan memaksa keluar dan menjadikannya bulir yang mengalir dari kedua matamu. Tak apa-apa, itu manusiawi."

Begitulah perkataan temanku tadi malam saat aku bercerita padanya tentang perasaan yang tengah kurasakan. Ternyata berpura-pura kuat itu melelahkan, bahkan menyakitkan. Belajar sabar dan ikhlas itu sangat berat. Terkadang aku berpikir untuk melepasmu saja. Toh sampai sekarang, setelah kurang lebih tiga tahun menunggu, belum ada kepastian jelas tentang perasaanku ini. Perlu digarisbawahi, hal yang kurasakan ini, aku sadar bahwa ini bukan sebuah harapan palsu atau yang sekarang lebih tren dengan istilah PHP. Bukan. Ini bukan PHP. Aku tak pernah tahu kau memang memberi harapan itu atau tidak. Aku tak pernah tahu itu. Mungkin memang hanya aku yang melebih-lebihkan segala apa yang kau lakukan itu ditujukan kepadaku. Yah, mungkin demikian. Aku yang terlalu berharap. Tapi, ah, perasaan orang siapa yang tahu? Mungkin juga akan terjadi hal sebaliknya, bukan? Ya, kembali ke permasalahanku sebelumnya. Terkadang aku berpikir untuk melepasmu saja. Tapi bersamaan dengan itu, sisi hatiku yang lain terus menolak untuk melepasmu. Sudah hampir tiga tahun. Terlalu sayang jika dilepas begitu saja. Aku pernah membaca suatu kalimat

Jika kau menunggu seseorang yang kau cintai dengan tulus dan sabar, maka suatu saat, entah kapan waktunya, Tuhan pasti akan mempertemukan kalian.

Benarkah kalimat itu? Terkadang aku pun ragu dengan kalimat semacam itu, walaupun di sisi lain aku tetap menggunakan kalimat tersebut untuk menguatkan hatiku. Aku akan menunggumu. Aku akan belajar tulus dan sabar untuk menunggumu.

Semoga suatu saat kelak, entah kapan waktunya, kita dapat bertemu kembali. Saling bertegur sapa, saling tersenyum, saling berjabat erat, bertukar cerita. Dan semoga saat bertemu kelak, kita dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Semoga kita dapat saling mengisi hal-hal baik untuk menjalani hidup. Saling menasihati dalam setiap hal kebaikan dan kesabaran serta saling mengingatkan jikalau diantara kita melakukan suatu kesalahan.

Itu doaku pada Tuhan. Semoga kau yang di sana juga demikian.

Depok, 8 Juli 2013

About this blog

Total Pageviews

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Followers

Let's Talk

Quelle heure est-il?

Most Viewed

Labels